- Back to Home »
- Umum »
- Dongkrek: Kesenian Asli Daerah Madiun
Posted by : Dane
Sabtu, 18 April 2015
Madiun merupakan daerah yang penuh sejarah dan kaya akan kebudayaan, selain dikenal sebagai kota pusat industri kereta api, penghasil brem, sambal pecel, dan monumen Kresek yang didirikan karena peristiwa pemberontakan PKI tahun 1948, ternyata tidak banyak yang tahu bahwa Madiun juga memiliki kesenian Dongkrek.
Dongkrek
merupakan perpaduan antara seni musik dan gerak tari asli dari daerah kabupaten
Madiun. Sayangnya, karena kurang publikasi dan pembinaan,kesenian ini
terkesan tenggelam dan kalah pamor dari kesenian Reog Ponorogo.
Asal Muasal Seni Dongkrek
Seni
Dongkrek lahir pada sekitar tahun 1867 di Kecamatan Caruban yang saat ini
namanya berganti menjadi Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Dongkrek
dipopulerkan pada tahun 1910 oleh Raden Bei Lo Prawirodipura yang saat itu
menjadi demang (jabatan setingkat kepala desa) yang membawahi lima desa
di daerah Caruban.
- Pagebluk atau Epidemi Wabah Penyakit
Konon pada
sektitar tahun 1879 rakyat Desa Mejayan terkena wabah penyakit mematikan.
Menderita sakit saat siang dan sorenya meninggal. Atau, sakit pada pagi hari,
malam harinya seketika meninggal dunia. Dalam kesedihannya Raden Prawirodipuro
melakukan meditasi dan bertapa di wilayah
gunung kidul Caruban. Ia kemudian mendapatkan wangsit untuk membuat
semacam tarian atau kesenian yang mampu mengusir balak.
Wangsit yang didapat
menggambarkan para punggawa kerajaan roh halus atau pasukan genderuwo menyerang
penduduk Mejayan akan dapat diusir dengan menggiring mereka keluar dari desa.
Maka, dibuatlkan semacam kesenian yang melukiskan fragmentasi pengusiran roh
halus yang membawa pagebluk
tersebut.
- Komposisi Pemain Dongkrek
Komposisi
pemain fragmen satu babak pengusiran roh halus terdiri dari barisan buta
(dari bahasa Jawa yang
berarti buto atau raksasa), orang tua sakti, dan dua perempuan paruh
baya. Perempuan ini menyimbolkan kondisi
rakyat yang lemah karena dikepung oleh para pasukan buta Kala. Sebelum pasukan
buta berhasil mematikan para perempuan, muncul sesosok lelaki tua sakti yang
dengan tongkatnya berhasil mengusir para barisan roh halus untuk pergi menjauh.
Selanjutya
terjadi peperangan cukup sengit antara rombongan buta dengan orang tua sakti,
yang dimenangkan oleh si lelaki sakti. Rombongan butayang kalah akhirnya
menurut dan patuh. Si orang tua sakti yang didampingi dua perempuan menggiring
pasukan buta Kala keluar dari Desa Mejayan. Sirnalah pagebluk yang menyerang
rakyat Desa Mejayan selama ini.
Tradisi ini
kemudian menjadi ciri kebudayaan masyarakat Caruban dengan sebutan Dongkrek,
yaitu satu kesenian yang menyiratkan pesan bahwa setiap maksud jahat akhirnya
akan lebur juga dengan kebaikan dan kebenaran, hal ini sesuai dengan moto sura
dira jaya ningrat, ngasta tekad darmastuti.
Asal Bunyi Alat Musik Dongkrek
Masyarakat
pada waktu itu mendengar musik dari kesenian dongkrek ini berupa bunyian ’dung’
yang berasal dari beduk atau kendang dan ’krek’ dari alat musik yang disebut
korek. Dari bunyi ’dung’ pada kendang dan ’krek’ pada korek inilah kemudian
muncul nama kesenian Dongkrek.
Alat korek
berupa kayu berbentuk bujur sangkar dengan satu ujungnya terdapat tangkai kayu
bergerigi yang saat digesek berbunyi ’krek’. Dalam perkembangannya digunakan
pula alat musik lain berupa gong, kenung, kentongan, kendang, dan gong berry
sebagai perpaduan budaya Islam, budaya Cina, dan kebudayaan masyarakat Jawa
pada umumnya.
Topeng Penari Dongkrek
Dalam tiap
pementasan Dongkrek, para penari akan menggunakan tiga jenis topeng, yaitu
topeng raksasa atau buta dengan muka seram, topeng perempuan yang sedang
mengunyah kapur sirih, serta topeng orang tua lambang kebajikan.
Masa Kejayaan
Kesenian
Dongkrek mengalami masa kejayaan sekitar tahun 1867 – 1902. Setelah
itu perkembangannya banyak mengalami pasang surut kejayaan seiring pergantian
kondisi politik di
Indonesia. Dongkrek sempat
dilarang oleh pemerintah Belanda untuk dipertontonkan dan dijadikan pertunjukan
kesenian rakyat. Saat masa kejayaan Parta Komunis
Indonesia (PKI) di Madiun, kesenian ini dikesankan sebagai kesenian genjer-genjer
yang sengaja dikembangkan untuk memperdaya masyarakat umum.
Dongkrek Masa Kini
Sangat
disayangkan kesenian Dongkrek ini kurang populer bahkan di masyarakat Madiun
sendiri. Banyak yang tidak mengetahui mengenai kesenian satu ini. Itulah kenapa
pada tahun 1973 Dongkrek coba kembali digali dan dikembangkan oleh Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun dan Propinsi Jawa Timur. Tahun 1980
kembali diadakan garap tari oleh Suwondo, Kepala Seksi Kebudayaan Dinas P dan K
Kabupaten Madiun. Namun, kemudian semakin lama kesenian Dongkrek ini semakin
tenggelam dan menjadi tak terkenal.
Pada tahun
1996 Pemerintah Kabupaten Madiun pernah melaksanakan Festival Dongkrek di
tingkat kabupaten dengan hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2002 Dongkrek
diikutkan pada festival-festival di luar kota Madiun, termasuk Festival Cak
Durasim, Surabaya. Bahkan pernah pula tampil di Istana
Negara.
Hebatnya madiun
BalasHapus